PEKANBARU – Dalam memperingati Milad ke-112 Muhammadiyah, Fakultas Studi Islam (FSI) Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) mengadakan Stadium General dengan tema “Tantangan dan Peluang Program Studi Keagamaan di Era Industri 5.0”.
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMRI, Prof. Dr. H. M. Nazir, MA, memaparkan perkembangan UMRI yang kini berusia 16 tahun dengan jumlah mahasiswa yang telah mencapai lebih dari 12 ribu orang.
“Fakultas Studi Islam menjadi pelengkap bagi fakultas lain yang ada di UMRI. Dengan berlandaskan ajaran Al-Qur’an, fakultas ini diharapkan mampu menjadi pusat pengembangan ilmu keislaman,” ujar Prof. Nazir.
Dekan Fakultas Studi Islam, Dr. Santoso, M.Psi., menyampaikan apresiasinya kepada panitia dan semua pihak yang terlibat dalam suksesnya acara ini. Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari peringatan Milad Muhammadiyah yang juga akan diikuti oleh berbagai kegiatan lainnya.
“Di era community baru yang sangat dipengaruhi teknologi canggih, banyak nilai yang mulai bergeser. Oleh karena itu, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga nilai-nilai tersebut,” ungkapnya.
Dr. Santoso juga menambahkan bahwa FSI UMRI berencana mengembangkan fakultasnya melalui pembukaan dua program studi baru, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT). Kedua program studi ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Riau akan pendidikan keislaman yang lebih mendalam.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Ketua BPH UMRI, Wakil Rektor III UMRI Dr. Jufrizal Syahri, M.Si., para dekan fakultas, sivitas akademika, serta mahasiswa FSI UMRI. Sebagai narasumber utama, acara ini menghadirkan Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag., Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam.
Dalam paparannya, Prof. Ahmad Zainul Hamdi menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai etika di tengah kemajuan era digital yang sering disebut sebagai zaman post-truth.
“Di era ini, informasi tidak lagi bertanya kepada ahlinya, melainkan kepada mesin pencari seperti Google. Akibatnya, informasi yang diperoleh cenderung hanya berdasarkan preferensi pribadi, sehingga tidak memiliki pembanding yang memadai,” jelasnya.
Ia juga menyarankan agar program studi keagamaan mengintegrasikan nilai-nilai Muhammadiyah, salah satunya melalui pendirian ma’had sebagai pusat pembinaan ulama.
“Momentum ini sangat strategis bagi Fakultas Studi Islam UMRI untuk memperkuat peranannya dalam mencetak generasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual di era revolusi industri 5.0,” tutupnya.